Kirim Pesan Moral, Dedi Mulyadi Melantik Pejabat di Kolong Tol Cisumdawu Cileunyi
Aksi KDM ini, menjadi sorotan berbagai pihak, karena mengandung pesan moral yang kuat bagi birokrat di jajaran Pemprov Jawa Barat.
Dedi menyampaikan bahwa pilihan lokasi yang kumuh dipenuhi sampah, pedagang liar, dan parkir sembarangan dimaksudkan untuk “mengingatkan semua” pejabat agar lebih peduli terhadap kondisi nyata masyarakat di lapangan
Dedi menegaskan bahwa para birokrat tidak boleh hanya bersembunyi di balik meja kerja di ruang rapat, melainkan harus menjadi penggerak perubahan nyata sebagai regulator aktif
Dalam pidatonya, Dedi menegaskan urgensi evaluasi kondisi infrastruktur di jalur nasional dalam wilayah Provinsi Jawa Barat.
Ia meminta Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk mendata semua ruas jalan yang kumuh dan segera mengambil tindakan bersama, termasuk menyediakan petugas kebersihan dan patroli rutin.
Pesan moral yang ingin disampaikan Dedi tegas, dan menekankan pada keberadaan fasilitas umum yang terawat tidak cukup hanya di kawasan perkotaan, tapi juga menyentuh titik-titik yang selama ini luput dari perhatian.
Aksi ini sekaligus menjadi wujud visi Dedi yang ingin mengembalikan Jawa Barat “sesuai fitrah penciptaannya” sebagai “sepenggal tanah dari surga yang diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum”
Ia mengkritik keserakahan manusia yang telah menyebabkan kerusakan pada lingkungan: jalan rusak, drainase buruk, sungai tercemar, dan got menghitam.
Karena itulah Dedi lebih memilih tempat pelantikan yang sarat kegersangan sebagai panggilan moral agar pejabat meningkat kesadaran untuk bertindak.
Menuai reaksi publik
Langkah Dedi menuai reaksi beragam dari masyarakat. Ada yang memuji langkah Dedi dalam menyampaikan simbol, dan menunjukkan kepedulian langsung terhadap persoalan daerah. Namun tidak sedikit sebagian netizen melihatnya sebagai pencintraan. Dedi pun tak ambil pusing dengan cibiran maupun kritik pedas dari netizen.
Dedi ingin pelantikan ini menjadi momentum agar pejabat tidak berjarak dari masyarakat, serta menyaksikan secara langsung kondisi jalan dan lingkungan yang mestinya menjadi tanggung jawab bersama
Langkah ini sejalan dengan nomenklatur revitalisasi daerah, di mana kebersihan, kerapihan, dan ketertiban menjadi fondasi menarik calon investor, meningkatkan kenyamanan masyarakat, dan mewujudkan pemerintahan yang dekat dengan rakyat.
Gubernur berharap agar revitalisasi ini tidak hanya menyentuh fisik, tetapi juga mental birokrat agar mereka benar-benar hadir sebagai motor perubahan di lapangan.
Dengan menggelar pelantikan di tengah ketidakrapihan kawasan tol, Dedi Mulyadi mengirim pesan bahwa reformasi tata kelola daerah harus dimulai dari aksi nyata dan kesadaran pejabat terhadap kondisi langsung wilayah yang mereka pahami. (red)