BREAK NEWS

Bicara Greenflation, Gibran: Ini Pernah Ramai Saat Debat Pilpres, Ada yang Bingung, Meremehkan

tabir87news.co.id || Jakarta -- kembali menyinggung isu greenflation dalam sambutannya pada acara Green Impact Festival 2025 yang digelar di Djakarta Theater, Kamis (24/7/2025).

Dalam acara tersebut, Gibran menyebut bahwa greenflation sempat menjadi perbincangan hangat saat debat calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 lalu. Ia heran karena kala itu banyak masyarakat justru bingung atau menganggap remeh isu tersebut, padahal menurutnya greenflation merupakan tantangan serius yang harus diantisipasi bersama.

Ia mengingatkan bahwa dampak dari transisi menuju energi hijau harus diperhitungkan secara matang. Jika tidak hati-hati, masyarakat kecil dan pelaku usaha berskala kecil bisa terdampak inflasi yang dipicu oleh perubahan kebijakan energi.

Dalam pidatonya, Gibran juga menyinggung soal carbon capture dan carbon storage sebagai bagian penting dari agenda keberlanjutan lingkungan ke depan. Ia mencontohkan beberapa negara yang mengalami gejolak sosial akibat kenaikan harga bahan bakar dan energi karena proses transisi yang terlalu tergesa-gesa. Karena itu, menurutnya, pemerintah harus menjaga prinsip kehati-hatian dalam menyusun kebijakan hijau.

Gibran juga mengingatkan kembali momen debat cawapres yang berlangsung pada Minggu (21/1/2024), ketika ia melontarkan pertanyaan kepada Mahfud MD terkait cara mengatasi greenflation. Namun, ia merasa tidak memperoleh jawaban yang sesuai karena lawan debatnya justru menjelaskan definisi ekonomi hijau secara umum, bukan aspek inflasinya.

Lebih lanjut, Gibran menjelaskan bahwa greenflation adalah istilah yang menggambarkan peningkatan harga material dan energi akibat pergeseran menuju energi ramah lingkungan. Konsep ini menjadi penting karena dapat memicu naiknya harga barang ketika produsen harus membayar biaya tambahan untuk proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa, menjelaskan bahwa greenflation muncul akibat adanya proses internalisasi terhadap biaya lingkungan dan sosial yang selama ini diabaikan dalam sistem produksi konvensional. Menurutnya, kondisi ini memang membuat produk menjadi lebih mahal, terutama karena teknologi yang digunakan masih tergolong baru.

Ia menambahkan bahwa greenflation juga terjadi karena menurunnya pasokan produk-produk lama yang tidak ramah lingkungan, seiring dengan peralihan ke produk yang lebih bersih. Meski begitu, Mahawan menilai kekhawatiran terhadap greenflation tidak boleh menjadi penghambat transisi menuju energi hijau. Dalam jangka panjang, harga produk ramah lingkungan diperkirakan akan turun seiring dengan kemajuan teknologi.

Ia menegaskan bahwa selama ini manusia terbiasa menganggap bahwa alam memberikan segala sesuatunya secara cuma-cuma, padahal biaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan seharusnya juga diperhitungkan dalam harga produk.(red)

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar