Makan Siang Gratis dari Anggaran Dana Desa: Ujian Serius bagi Pemerintah Desa Wujudkan Masa Depan Anak Bangsa
Makan siang gratis bukanlah proyek karitatif biasa. Ini adalah bagian dari strategi besar pembangunan sumber daya manusia. Pemerintah pusat telah menetapkan bahwa program ini menjadi pilar dalam upaya menciptakan generasi emas Indonesia pada 2045.
“Ini bukan sekadar kasih makan. Ini soal investasi jangka panjang. Anak-anak yang kenyang bisa belajar lebih fokus. Mereka inilah yang akan memimpin bangsa ke depan,” kata Menteri Desa PDTT, Dr. (H.C.) Abdul Halim Iskandar, dalam Rapat Koordinasi Nasional di Jakarta, Mei 2025 lalu.
Aturan Sudah Ada, Dana Sudah Dialokasikan
Untuk memperkuat pijakan hukum, Kementerian Desa PDTT menerbitkan Permendesa PDTT Nomor 2 Tahun 2024. Pasal 7 ayat (3) dan (4) aturan itu dengan jelas menyebutkan bahwa Dana Desa dapat digunakan untuk mendukung ketahanan pangan, termasuk untuk makan bergizi bagi siswa sekolah dasar.
Tahun 2025, pemerintah pusat telah mengalokasikan Rp 20 triliun dari total Rp 71 triliun Dana Desa untuk program ini dan ketahanan pangan secara umum.
“Tidak ada alasan desa menunda. Regulasi sudah ada, anggaran tersedia. Yang ditunggu hanya keberanian politik kepala desa dan perangkatnya,” tegas Halim Iskandar.
Di Lapangan, Tak Semua Desa Bergerak
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Banyak desa belum memasukkan program ini ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) atau APBDes 2025. Di beberapa wilayah di Flores Timur seperti Ile Boleng, masih ada Musyawarah Desa (Musdes) yang belum membahas soal makan bergizi gratis ini sebagai program prioritas.
Menurut Dr. Tri Widodo W. Utomo, pakar kebijakan publik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), hambatan tersebut bukan semata karena masalah teknis atau administratif.
“Kalau regulasi sudah jelas, anggaran sudah siap, lalu desa belum bertindak, maka itu adalah soal kepemimpinan dan keberpihakan politik,” ujarnya.
Kunci Masa Depan: Gizi Seimbang Anak Desa
Gizi anak-anak menjadi kunci utama pembangunan manusia. Banyak riset membuktikan bahwa gizi mempengaruhi daya pikir, daya tahan tubuh, dan motivasi belajar anak.
“Kalau anak lapar, jangan harap bisa konsentrasi di kelas. Apalagi di masa pertumbuhan, kekurangan zat gizi bisa berdampak permanen pada otak dan tubuh mereka,” kata Dr. Lanny Kusumawati, ahli gizi masyarakat dari IPB University.
Empat Langkah Strategis yang Harus Diambil Pemerintah Desa
Agar program makan siang gratis ini berjalan efektif dan tidak sekadar menjadi wacana nasional, Frederikus Kepitang collab bersama Andi Alatas dalam opini memberikan empat langkah penting yang bisa diambil pemerintah desa:
1. Masukkan program makan bergizi ke dalam Musyawarah Desa (Musdes) agar ada legitimasi dan dukungan kolektif.
2. Petakan potensi pangan lokal seperti hasil tani, peternakan, dan produk UMKM sebagai sumber bahan makanan.
3. Bangun kolaborasi antara sekolah, BUMDes, dan lembaga desa lainnya agar distribusi makanan berjalan lancar dan berkualitas.
4. Bentuk tim pengawas independen dari unsur masyarakat, guru, dan kader desa agar program ini transparan dan akuntabel.
Pembangunan Tidak Hanya Jalan dan Jembatan
Program ini menjadi simbol konkret kehadiran negara dalam kehidupan anak-anak desa. Lebih dari sekadar infrastruktur fisik, pembangunan sejati harus menyentuh manusia sebagai pusat perubahan.
“Kalau desa hanya bangun jalan, jembatan, kantor desa, tapi anak-anaknya lapar dan stunting, itu bukan pembangunan. Itu hanya pengeluaran anggaran tanpa arah,” tulisannya dengan tegas
Arah Masa Depan Ditentukan Hari Ini
Dengan adanya regulasi nasional dan dukungan dana, kini bola ada di tangan pemerintah desa. Masyarakat desa pun diminta lebih kritis dan aktif mengawal kebijakan ini.
“Program ini ujian bagi kepala desa dan perangkatnya. Apakah mereka hanya menjalankan rutinitas birokrasi, atau sungguh berpihak pada masa depan generasi penerus?” ujar Tri Widodo.
Seperti kata Menteri Desa Halim Iskandar
“Pembangunan manusia desa tidak bisa ditunda. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh gizi dan pendidikan hari ini.” (red)